Kakawin Arjunawiwaha” Alegori Raja Ideal dan Jalan Spiritual Sang Ksatria

Rate this post

Legenda || kolocokronews
Pada masa kejayaan Raja Airlangga sekitar abad ke-11 Masehi, lahirlah sebuah karya sastra agung berbahasa Jawa Kuno berjudul Kakawin Arjunawiwaha, ciptaan pujangga istana bernama Empu Kanwa. Karya ini bukan sekadar kisah heroik Arjuna dari epos Mahabharata, melainkan alegori mendalam tentang spiritualitas, pengendalian diri, dan pengabdian seorang pemimpin terhadap dharma — kebenaran dan kewajiban suci.

Simbolisme Spiritual Arjuna

Dalam Kakawin ini, Arjuna digambarkan sebagai sosok ksatria yang menempuh tapa brata di Gunung Indrakila. Ia menolak segala kenikmatan duniawi dan godaan bidadari yang dikirim para dewa, demi memperoleh kekuatan batin untuk menegakkan dharma. Ujian demi ujian yang dihadapi bukan hanya bentuk pertempuran fisik, tetapi peperangan batin untuk menaklukkan hawa nafsu dan ego.

Menurut kajian dari Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, perjalanan Arjuna merepresentasikan tahapan spiritual dalam ajaran yoga: mulai dari pengendalian diri (yama dan niyama), meditasi (dhyana), hingga penyatuan kesadaran tertinggi (samadhi). Dengan kata lain, kemenangan sejati bukanlah mengalahkan musuh di luar diri, melainkan menaklukkan nafsu dalam diri sendiri.

Raja Ideal di Mata Empu Kanwa

Empu Kanwa menulis Kakawin Arjunawiwaha pada masa pemerintahan Raja Airlangga. Banyak ahli sastra memaknai bahwa Arjuna dalam karya ini merupakan simbolisasi dari sang raja sendiri — seorang pemimpin ideal yang menegakkan kebenaran, menjaga keseimbangan kosmos, dan memerintah dengan bijaksana.
Melalui kisah ini, Airlangga digambarkan sebagai raja yang tidak hanya berkuasa secara politik, tetapi juga memiliki kesadaran spiritual yang tinggi. Seperti Arjuna, ia menundukkan dirinya pada dharma dan berjuang demi kesejahteraan rakyat.

Karya ini menjadi semacam cermin bagi para penguasa: bahwa kekuasaan tanpa kendali batin akan melahirkan kehancuran, sedangkan kekuasaan yang dibimbing oleh dharma melahirkan harmoni.

Makna Filosofis dan Warisan Budaya

Arjunawiwaha bukan sekadar karya sastra, melainkan teks moral yang menanamkan nilai luhur kepemimpinan Jawa Kuno — bahwa seorang raja sejati harus mampu menjadi yogi dalam istana, dan kesatria di medan tugas.
Karya ini juga menegaskan konsep raja-dharma: seorang pemimpin yang menundukkan diri pada kebenaran universal, bukan pada ambisi pribadi.

Relief dan karya seni yang menggambarkan kisah Arjunawiwaha dapat ditemukan di berbagai situs arkeologi, seperti Goa Selomangleng dan Candi Jawi, menunjukkan betapa dalamnya pengaruh kisah ini dalam kebudayaan Jawa kuno dan konsep spiritualitas kepemimpinan di Nusantara.

Kebijaksanaan yang Abadi

Dalam dunia modern yang penuh gejolak, pesan Kakawin Arjunawiwaha tetap relevan”
bahwa penguasa, pemimpin, atau siapa pun yang memegang tanggung jawab besar harus meneladani Arjuna — menaklukkan diri sendiri sebelum menaklukkan dunia.
Kemenangan tertinggi bukanlah kekuasaan, melainkan ketenangan batin dalam menjalankan dharma.
(Ant).