Wakaf Hijau, Gerakan Umat Menyelamatkan Bumi dari Krisis Iklim

Rate this post

Opini || kolocokronews
Selasa (28/10/2025)— Hujan deras, banjir, dan cuaca ekstrem yang tak menentu kini seolah menjadi bagian dari keseharian. Namun di balik fenomena itu, tersirat pesan penting” bumi sedang tidak baik-baik saja.

Indonesia, sebagai salah satu negara yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, membutuhkan langkah besar untuk menekan krisis ini. Menurut Dokumen United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC perhitungan, negeri ini memerlukan dana sekitar USD 285 miliar hingga tahun 2030 untuk membiayai transisi energi bersih dan berbagai aksi iklim.

Di sisi lain, potensi ekonomi wakaf di Indonesia ternyata sangat besar — mencapai Rp400 triliun per tahun. Jika sebagian potensi ini diarahkan untuk membiayai program hijau, kekuatan umat bisa menjadi salah satu kunci penyelamatan lingkungan.

Melalui gerakan wakaf hijau, masyarakat diajak untuk menjadikan ibadah wakaf bukan hanya amal jariyah untuk manusia, tetapi juga untuk bumi. Dana wakaf bisa digunakan untuk program reforestasi, pembangunan energi surya di komunitas terpencil, penyediaan air bersih, hingga pengembangan pertanian organik yang ramah lingkungan.

“Wakaf hijau bukan sekadar sedekah untuk alam, tapi investasi jangka panjang bagi kehidupan. Kita tidak hanya menanam pohon, tapi juga menanam harapan bagi generasi masa depan,

Dengan semangat kolaborasi, konsep wakaf hijau menjadi jalan baru bagi umat untuk turut serta dalam aksi nyata mengatasi krisis iklim — menjadikan amal yang tak hanya menyejahterakan manusia, tapi juga menyehatkan bumi.
(Red).