Legenda|| kolocokronews —
Sekitar abad ke-11 hingga ke-13 Masehi, wilayah timur Pulau Jawa menyaksikan lahirnya sebuah masa gemilang dalam sejarah Nusantara: Era Kediri. Di bawah kepemimpinan raja-raja bijak seperti Sri Jayabaya, kerajaan yang berpusat di tepi Sungai Brantas ini tak hanya dikenal makmur dalam bidang pertanian dan perdagangan, tetapi juga menjadi pusat kebangkitan bahasa dan sastra Jawa Kuno.
Gaya Sastra Istana yang Berkembang
Pada masa inilah bahasa Jawa Kuno mencapai puncak kehalusannya. Istana Kediri menjadi tempat berkembangnya gaya sastra istana — karya sastra yang ditulis bukan sekadar untuk hiburan, tetapi juga untuk mengabadikan nilai moral, spiritual, dan legitimasi kekuasaan raja.
Raja dianggap sebagai titisan dewa, dan melalui karya sastra, gambaran tentang kebijaksanaan, keadilan, serta harmoni antara manusia dan alam diangkat dengan bahasa yang indah dan penuh simbol.
Masa Keemasan Para Pujangga
Kerajaan Kediri dikenal sebagai masa kejayaan para pujangga besar Nusantara. Dari istana lahir sejumlah karya monumental yang hingga kini dianggap pilar penting sastra klasik Indonesia.
Beberapa kitab utama dari masa Kediri antara lain:
Bharatayuddha – karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh, disusun pada masa Raja Jayabaya (1157 M). Kakawin ini mengisahkan perang besar antara Pandawa dan Kurawa di padang Kurukshetra, menjadi simbol perjuangan antara dharma dan adharma.
Smaradahana – karya Mpu Darmaja, mengisahkan kisah asmara Dewa Kamajaya dan Dewi Ratih yang terbakar api Dewa Siwa, menggambarkan cinta dan pengorbanan.
Kresnayana – karya Mpu Triguna, mengisahkan perjalanan cinta antara Kresna dan Dewi Rukmini, penuh ajaran moral dan keteguhan hati.
Lubdaka – karya Mpu Tanakung, berkisah tentang pemburu sederhana yang akhirnya mencapai surga karena ketulusan niatnya.
Sumanasantaka – karya Mpu Monaguna, menggambarkan kisah mitologi dengan gaya bahasa yang lembut dan penuh nilai kepahlawanan.
Selain itu, masih ada karya lain seperti Wertasancaya dan Hariwangsa yang turut memperkaya khazanah sastra istana Kediri.
Warisan Budaya yang Tak Lekang Zaman
Karya-karya tersebut bukan sekadar catatan sejarah, tetapi juga menjadi cermin kehidupan masyarakat masa itu. Bahasa yang halus, irama kakawin yang teratur, serta nilai-nilai spiritual yang dalam menunjukkan betapa tinggi peradaban Kediri dalam mengolah bahasa dan budaya.
Keindahan sastra Kediri kemudian menjadi dasar bagi perkembangan sastra Jawa berikutnya di masa Singhasari dan Majapahit. Pengaruhnya bahkan masih terasa dalam berbagai tradisi lisan dan karya sastra modern.
Era Kediri bukan hanya masa kejayaan politik dan ekonomi, tetapi juga zaman emas sastra Jawa Kuno. Melalui karya-karya pujangga istana, nilai moral, kearifan lokal, dan spiritualitas bangsa Jawa diabadikan dalam bentuk yang abadi.
Sastra menjadi nafas peradaban, dan dari sana lahir kebanggaan budaya yang meneguhkan identitas Nusantara hingga kini.
(Ant).
