Surabaya || Kolocokronews
Jumat 25 April 2025 — Dalam rangka memperingati Hari Kartini 2025, Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI) Jawa Timur menggelar serangkaian kegiatan inspiratif di Gedung Sekretariat PWI Jatim, Jalan Taman Apsari 15-17, Surabaya. Acara yang penuh nuansa kekeluargaan ini mengusung semangat pemberdayaan perempuan dengan menghadirkan lomba merangkai bunga kebun, pembacaan surat Kartini, serta puisi-puisi bertemakan perjuangan, kesetaraan, dan emansipasi wanita.
Ketua IKWI Jatim, Endang Suprapti, menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan mempererat silaturahmi dan meningkatkan solidaritas antaranggota. “Kegiatan ini murni untuk meningkatkan soliditas, kekeluargaan, dan mendorong woman empowerment. Kami ingin para ibu-ibu IKWI terus merasa berdaya dan dihargai,” ujarnya.
Mengenai lomba merangkai bunga, Endang menegaskan bahwa ini adalah bentuk apresiasi terhadap kreativitas para anggota. “Tidak ada alasan khusus. Ini hanya bentuk ekspresi ibu-ibu dalam kegiatan sehari-hari yang dibawa ke ruang publik. Sesederhana itu,” katanya.
Ketua PWI Jatim, Lutfil Hakim, menekankan bahwa peringatan Hari Kartini bukan hanya sebatas seremonial, melainkan momen penting untuk menyalakan kembali semangat emansipasi. “Spirit Kartini harus terus kita gelorakan. Ini bukan hanya soal bunga dan puisi, tapi tentang bagaimana perempuan bisa lebih berdaya dan dihormati,” tegas pria yang akrab disapa Pak Item ini.
Lutfil juga menyerukan pentingnya keterlibatan seluruh elemen pers dan keluarganya dalam mengangkat isu-isu perempuan. “Pers harus menjadi backbone semangat ini. Karena kita semua lahir dari perempuan, maka menghormati perempuan adalah keharusan,” tambahnya.
Salah satu momen menarik dari acara ini adalah kehadiran Imam Syafi’i, anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya sekaligus juri lomba merangkai bunga. Ia menyatakan komitmennya untuk memfasilitasi bakat ibu-ibu IKWI agar berkembang lebih jauh. “Saya siap menjembatani pelatihan merangkai bunga yang bernilai komersial melalui kerja sama dengan Dinas Ketenagakerjaan,” ujarnya.
Tak hanya itu, Imam juga membuka peluang kolaborasi dengan Komite Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA). “Bukan hanya soal perlindungan, tapi juga pemberdayaan. Ada banyak program yang bisa dikolaborasikan agar ibu-ibu IKWI bisa lebih mandiri,” tambahnya.
Menurut Imam, pemberdayaan keluarga wartawan adalah keniscayaan, mengingat tantangan dunia media yang semakin berat. “Saya tahu betapa sulitnya mendapatkan pemasukan dari media saat ini. Maka para istri jurnalis harus bisa berdaya untuk membantu perekonomian keluarga,” pungkasnya.
Dengan semangat Kartini yang terus bergelora, acara ini menjadi simbol bahwa peran perempuan dalam keluarga dan masyarakat bukan sekadar pelengkap, melainkan pilar penting dalam membangun masa depan yang lebih setara dan sejahtera.
(Red)