Blitar || Kolocokronews
– Menyambut Kirab Tumpeng Agung Nusantara Gotong-Royong (KTAN) ke-14 yang akan digelar pada 27 Juni 2025 mendatang, Lembaga Pelindung dan Pelestari Budaya Nusantara (LP2BN) telah mengawali rangkaian pra-acara dengan dua prosesi sakral: Piuning dan Jamasan Suci. Kedua ritual ini dilangsungkan di kawasan Candi Palah Penataran, Nglegok, Blitar, bertepatan dengan peringatan 828 tahun Pahargyan Candi Palah Penataran.
Piuning: Menghaturkan Bakti, Menyatu dengan Leluhur
Ritual Piuning, yang dilaksanakan pada Minggu (15/06/2025), dimaknai sebagai ungkapan rasa hormat dan permohonan restu kepada para leluhur. Piuning terbagi dalam dua wilayah rute: timur dan barat, yang semuanya bermula dan berakhir di Candi Palah Penataran.
Wilayah timur mencakup ziarah ke Candi Kotes, Situs Rambut Monte, Candi Lwang Wentar hingga Istana Gebang, dipimpin oleh Romo Pinandito Lokmin.
Sementara wilayah barat meliputi Candi Simping, Situs Kekunaan Mleri, Candi Ken Arok (Kali Cilik), hingga makam Bung Karno, dipandu oleh Mangku Mardi Lukito.
Sebelum prosesi dimulai, dilaksanakan upacara pemberangkatan di Candi Palah dengan pembacaan doa-doa suci. Puncak Piuning ditandai dengan penyerahan dan penyambutan Tirta, air suci dari berbagai sumber yang dipercaya memiliki energi spiritual, seperti dari wilayah Blitar, Kediri, Tulungagung, hingga Malang. Air tirta ini nantinya digunakan dalam prosesi Jamasan Suci.
Jamasan Suci: Penyucian Lahir Batin Sang Punggawa Budaya
Pada Minggu (22/06/2025), prosesi Jamasan Suci digelar di Patirtan Candi Palah. Upacara yang penuh khidmat ini dipimpin langsung oleh para pinisepuh LP2BN: Romo Pinandito Lokmin, Mangku Mardi Lukito, dan Ki Raban Yuwono.
Jamasan dilakukan sebagai simbol penyucian diri bagi panitia dan punggawa yang akan terlibat dalam Kirab Tumpeng Agung Nusantara ke-14. Tema yang diangkat tahun ini adalah “Sumilak’e Mendhung Tumitise Para Luhur Nuswantara”, yang sarat makna spiritual dan pengharapan akan bangkitnya kembali kejayaan budaya Nusantara.
“Mudah-mudahan tema yang baik ini menjadi titik tolak kemajuan budaya bangsa. Mari kita rawat warisan leluhur agar negeri ini menjadi Loh Jinawi, Karto Toto tur Raharjo,” tutur Romo Lukmin penuh harap.
Kehadiran Maharaja Kutai Mulawarman: Simbol Persatuan Raja-Raja Nusantara
Yang membanggakan, ritual Jamasan tahun ini turut dihadiri tokoh agung dari Kalimantan, Duli Yang Maha Mulia Sripaduka Baginda Berdaulat Agung Maharaja Kutai Mulawarman, Prof. Dr. M.S.P.A. Iansyah Rechza F.W., Ph.D.
Ia menegaskan bahwa Jamasan Suci bukan sekadar ritual, tetapi bentuk penyucian jiwa bagi para pelestari budaya. “Bersihnya jiwa kita mencerminkan bersihnya semesta. Terima kasih kepada Romo, Bopo, dan seluruh masyarakat LP2BN. Salam santun budaya. Rahayu,” ungkapnya dengan khidmat.
Dalam momentum tersebut, Ki Aris Sugito, Ketua Umum LP2BN, juga mendapat anugerah sebagai Mahapatih Diraja Nusantara, yang semakin mempererat jalinan budaya antarpemangku adat dan kerajaan di seluruh Indonesia.
“Kedatangan tamu agung ini menjadi penyemangat. Mari bersama kita gaungkan kembali budaya Nusantara, agar mampu menginspirasi dunia,” tegas Ki Aris Sugito menutup sambutannya.
Rangkaian sakral Piuning dan Jamasan menjadi pembuka yang menguatkan semangat spiritual dan budaya, menyambut Kirab Tumpeng Agung Nusantara ke-14 yang akan menjadi puncak perhelatan akbar pelestarian budaya adiluhung bangsa ini.
(Red).