Blitar || Kolocokronews
– Gelaran budaya nasional Kirab Tumpeng Agung Nusantara Gotong-Royong (KTAN) ke-14 sukses digelar oleh Lembaga Pelindung dan Pelestari Budaya Nusantara (LP2BN), Jumat (27/6/2025), bertempat di kompleks bersejarah Candi Palah Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Acara ini bukan hanya menjadi perayaan budaya, tetapi juga momentum mengingatkan kembali pentingnya menjaga jati diri di tengah kemajuan zaman.
Mengusung tema “Sumilaké Mendhung Tumitise Para Luhur”, perhelatan ini dihadiri oleh Bupati Blitar, jajaran Forkopimda, tokoh-tokoh budaya, rohaniwan dari berbagai daerah, serta delegasi raja dan sultan dari berbagai wilayah Nusantara. Hadir pula tokoh adat dan spiritual dari beragam latar belakang yang turut memberikan semangat kebersamaan dalam menjaga budaya bangsa.
Hujan yang turun saat acara dimulai, kemudian reda seiring selesainya kirab, dianggap sebagai pertanda alam yang merestui. Ketua Umum LP2BN, Ki Aris Sugito, menyampaikan rasa syukurnya atas kelancaran kegiatan tersebut.
“Segala puji kami panjatkan, karena semua berlangsung sesuai kehendak alam. Acara ini bukan sekadar pertunjukan, tapi perjalanan spiritual. Hujan yang datang dan reda seakan menyampaikan pesan para leluhur, meneguhkan bahwa apa yang kami laksanakan sejalan dengan nilai luhur bangsa,” ungkapnya.
Ia menambahkan, Candi Palah yang menjadi lokasi kirab memiliki nilai historis tinggi. Dibangun pada masa Kerajaan Kediri, dilanjutkan oleh Tumapel dan kemudian Majapahit, Candi ini dikenal sebagai Candi Negara, satu-satunya di Nusantara. Prosesi kirab sendiri dimulai dari Situs Balekambang menuju Candi Penataran, menempuh perjalanan sekitar dua kilometer sebagai simbol tapak tilas dan perjalanan spiritual.
Menurut Ki Aris, KTAN merupakan bagian dari upaya membangkitkan kembali peran para penjaga budaya, termasuk para sultan dan raja, dalam memperkuat nilai-nilai luhur dan identitas bangsa.
Sementara itu, Ki Kusnadi, tokoh budaya yang mendapat anugerah sebagai Bapak Budaya, menegaskan pentingnya generasi muda untuk tetap mengenal akar budaya di tengah derasnya arus globalisasi dan teknologi.
“Kita boleh modern, tapi jangan sampai kehilangan siapa jati diri kita. Generasi muda harus paham bahwa budaya adalah warisan, bukan sekadar masa lalu, tapi fondasi masa depan. Tanpa jati diri, bangsa ini akan mudah goyah,” tegasnya.
Ia juga menyoroti peran LP2BN yang terus berjuang melestarikan budaya lokal tidak hanya di Jawa Timur, tapi juga merambah ke daerah lain seperti DKI Jakarta dan Jawa Barat. Tujuannya jelas: memastikan budaya tidak hanya bertahan, tapi tumbuh relevan dan diwariskan lintas generasi.
“Bangsa lain maju karena mereka tidak melupakan leluhurnya. Kita pun harus begitu. Kalau kita maju tapi lupa akar kita, apa bedanya kita dengan daun kering yang mudah terbang ke mana-mana?” ujarnya menutup pernyataan.
Kirab Tumpeng Agung Nusantara ke-14 menjadi penanda bahwa modernisasi tak harus menanggalkan nilai-nilai lokal. Justru, kemajuan harus berjalan berdampingan dengan pelestarian identitas budaya. Sebab seperti pesan yang terus digaungkan dalam acara ini: “Kamu boleh modern, tapi kamu jangan kehilangan siapa jati diri.”
(Red).