Kasus Anak Hilang Marak, Pakar Psikologi” Kedekatan Emosional Kunci Pencegahan

Jakarta || Kolocokronews
Sabtu,26 April 2025 – Dalam beberapa minggu terakhir, laporan mengenai anak hilang kembali mencuat di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Sedikitnya empat kasus anak hilang telah dilaporkan ke pihak berwenang. Sebagian dari mereka telah berhasil ditemukan, namun situasi ini tetap menimbulkan keresahan mendalam di tengah masyarakat, terutama para orang tua.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan besar, apa penyebab utama di balik meningkatnya kasus anak hilang, dan bagaimana langkah pencegahan yang bisa diambil orang tua? Dikutip dari kanal CNN indonesia

Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia, Ibu Resini, yang akrab disapa Bunda Romi, menjelaskan bahwa akar masalah tidak selalu berkaitan dengan faktor eksternal seperti penculikan, tetapi juga bisa berasal dari dinamika internal dalam keluarga.

“Anak yang tidak merasa aman secara emosional di rumah bisa saja memilih untuk meninggalkan rumah tanpa izin. Maka dari itu, relasi antara orang tua dan anak harus dibangun dengan komunikasi yang hangat dan terbuka,” jelas Bunda Romi.

Ia menekankan pentingnya pola pengasuhan yang demokratis, di mana anak diberikan ruang untuk menyampaikan pendapat dan perasaan, namun tetap dalam koridor aturan yang disepakati bersama. Anak juga perlu diajarkan keterampilan sosial, seperti berani berkata ‘tidak’ pada ajakan orang asing dan menyampaikan keinginannya secara asertif.

Selain itu, menurut Bunda Romi, gaya hidup konsumtif yang berlebihan bisa menjadi celah yang dimanfaatkan oleh pihak tidak bertanggung jawab. “Anak yang terbiasa mendapatkan apa yang ia mau bisa tergoda saat ada orang asing yang menawarkan sesuatu, apalagi jika ada konflik dalam rumah,” ujarnya.

Media sosial juga disebut sebagai faktor yang perlu diawasi ketat oleh orang tua. Anak-anak yang sudah terbiasa mengakses internet memiliki potensi besar untuk terhubung dengan orang asing tanpa sepengetahuan keluarga.

Dalam dua dari empat kasus terbaru, diketahui bahwa anak-anak tersebut meninggalkan rumah atas keinginan sendiri karena tekanan emosional di lingkungan keluarga. Sayangnya, banyak orang tua yang tidak menyadari tanda-tanda gangguan emosional pada anak mereka.

“Perubahan perilaku seperti anak tiba-tiba murung, enggan berbicara, atau menarik diri dari aktivitas keluarga perlu menjadi perhatian. Namun itu hanya bisa diketahui jika orang tua benar-benar mengenal anaknya,” kata Bunda Romi.

Bagi keluarga dengan orang tua yang bekerja penuh waktu, kedekatan emosional tetap bisa dijaga melalui komunikasi yang berkualitas meski dalam waktu singkat. Penggunaan teknologi seperti panggilan video atau pesan singkat bisa menjadi jembatan.

“Yang penting adalah anak merasa dipedulikan. Mereka butuh pelukan, perhatian, dan penghargaan, bukan sekadar pengawasan lewat CCTV,” tambahnya.

Bunda Romi mengingatkan bahwa anak adalah amanah yang harus menjadi prioritas utama dalam hidup orang tua. “Kalau kita bilang kerja demi keluarga, maka wujudkan juga cinta dan perhatian itu dalam tindakan nyata,” pungkasnya.

Pihak kepolisian masih terus mendalami laporan-laporan yang masuk, sembari mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan membangun lingkungan yang peduli terhadap anak-anak.
(Red).