Ilmiah || kolocokronews
Minggu(2/11/2025) – Fenomena “bola api terbang” di malam hari masih menjadi cerita yang hidup di tengah masyarakat Jawa. Sosok itu dikenal dengan nama Banaspati — api yang bergerak perlahan di udara, sering terlihat di hutan, kebun, atau area sepi di tengah malam. Di ranah budaya, Banaspati sering dipercaya sebagai makhluk gaib atau penjaga alam. Namun di balik kisah mistisnya, dunia ilmiah punya penjelasan yang tak kalah menarik.
Dalam literatur atmosfer global, kemunculan api misterius tersebut berkaitan dengan fenomena “Will-o’-the-Wisp” atau “Ignis Fatuus”. Cahaya itu bukan makhluk halus, melainkan api kecil yang muncul dari reaksi kimia gas bumi di permukaan tanah. Gas metana dan fosfin yang dihasilkan dari pembusukan tumbuhan atau jasad organik akan keluar ke udara. Saat bercampur dengan oksigen, terjadi pembakaran spontan — menghasilkan pijar api berwarna biru yang tampak melayang.
Sejumlah riset atmosfer menyebut kondisi lembap dan hangat di permukaan tanah berperan besar memicu reaksi ini. Lapisan udara panas yang naik ke atas juga dapat memantulkan cahaya api, menciptakan efek visual seolah-olah nyala itu bergerak pelan. Hal serupa banyak terjadi di wilayah tropis, dan Indonesia termasuk salah satu kawasan dengan kondisi atmosfer yang mendukung kemunculannya.
Dari sini, Banaspati bukan lagi sekadar kisah mistis masa lalu. Ia juga menjadi contoh bagaimana kepercayaan tradisi dan temuan sains modern bisa saling bertaut. Meski penjelasan ilmiah telah mengurai tabirnya, nilai filosofi di balik Banaspati tetap relevan: alam menyimpan energi besar dan keseimbangan yang halus. Ia perlu dijaga — bukan ditaklukkan.
Sumber referensi ilmiah:
National Geographic (2019)
Journal of Atmospheric and Solar-Terrestrial Physics (2018)
Atmospheric Chemistry and Physics (2020)
(Red).
