Surabaya, Kolocokronews.com_
– Operasi Zebra Semeru 2024 yang berlangsung dari 14 hingga 27 Oktober di Jawa Timur kini resmi berakhir. Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Jatim, Kombes Komarudin, menyatakan keprihatinannya terhadap tingginya angka pelanggaran lalu lintas yang melibatkan anak-anak di bawah umur.
“Kami sangat prihatin melihat anak-anak di bawah umur yang masih bebas mengendarai motor di jalan raya. Banyak dari mereka tidak memakai helm dan tidak memiliki SIM,” ungkapnya saat diwawancarai media, Senin (28/10/2024).
Kombes Komarudin juga menjelaskan bahwa selama operasi ini tercatat sebanyak 17.381 pelanggaran dilakukan oleh pengendara di bawah umur. Hal ini memicu langkah tegas berupa penegakan hukum.
Dirlantas Polda Jatim menambahkan bahwa berbagai instansi terus melakukan sosialisasi dengan melibatkan Jasa Raharja, Dinas Perhubungan, dan Pemerintah Daerah untuk memberikan edukasi tentang pentingnya disiplin berlalu lintas kepada masyarakat.
“Banyak orang tua yang memberikan motor kepada anak-anak mereka, beralasan karena anak sudah bisa mengendarai kendaraan. Padahal, tindakan ini jelas melanggar aturan,” lanjutnya.
Dirlantas juga menyebutkan bahwa pihaknya telah menerapkan perubahan pola operasional lalu lintas, terutama untuk menangani pelanggaran yang terjadi di malam hari, seperti malam libur atau akhir pekan, guna mengantisipasi kegiatan balap liar di jalanan.
“Operasi malam hari kami perketat, khususnya di malam libur dan malam Minggu, karena banyak terjadi aksi balap liar. Kami harapkan tindakan ini bisa mengurangi risiko,” tegas Kombes Komarudin.
Selama pelaksanaan Operasi Zebra Semeru 2024, tercatat penurunan pelanggaran statis hingga 98%, dari 44.554 pada 2023 menjadi 21.000 kasus. Di sisi lain, pelanggaran yang memerlukan penindakan manual meningkat signifikan, dari 8.154 menjadi 85.150 kasus.
Menurutnya, penurunan pelanggaran di titik-titik dengan Electronic Traffic Law Enforcement (ETLE) menunjukkan efektivitas dari penerapan teknologi ini. “Namun, pelanggaran di luar area ETLE justru mengalami peningkatan,” tambahnya.
Di tahun depan, Dirlantas Polda Jatim berencana mengevaluasi dan memperluas program mobilisasi petugas di lapangan untuk merespons lokasi-lokasi kecelakaan tertinggi, yang umumnya terjadi di jalan-jalan penghubung atau jalan lokal, bukan di jalur utama.
(Red)